“Sebingkai Foto”
“Happy
birthday happy birthday happy birthday Shilla!! Ayo sekarang shilla tiup lilin
dulu nanti baru potong kuenya” dengan wajah berseri-seri aku meniupkan lilin
berbentuk angka 5 yang menyala-nyala
diatas sekotak cake berwarna putih berhiasakan buah strawberry buatan ibu. Di
sebelahnya terdapat beberapa kado pemberian Kakek, Ayah dan Ibu juga kakak.
Seusai itu kami pun mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan. Banyak
sekali foto yang sudah terjepret. Di salah satu foto tergambar aku dan disamping
kanan kiriku terdapat Ayah dan Ibu. Di foto lainnya tergambar aku, gadis kecil
berambut ikal, memakai gaun putih dan tersenyum lebar. Dibelakangku terdapat
kak Ray, memakai kemeja biru keabu-abuan.
*****
Waktu menunjukkan
pukul 21.45, namun aku masih saja sibuk berkutat dengan tugas sekolah. Maklum
saja sekarang aku sudah duduk di bangku sekolah menengah atas, kelas 11
tepatnya. Jadi lagi ada banyak-banyaknya tugas yang harus aku selesaikan.
Sesaat sedang mencari buku-buku yang akan kubutuhkan, tanpa sengaja sebuah
kotak terjatuh dari atas lemari. Isi kotak itu berhamburan, terlihat disana
terdapat beberapa foto yang sudah usang, sepertinya foto ini diambil 11 tahun
yang lalu saat hari ulangtahun ku yang ke 5.
Foto itu
menampakkan kondisi yang berbanding terbalik dengan keadaan ku sekarang.
Bagaimana tidak? Di foto itu menampakkan sebuah keluarga yang harmonis, penuh
kebahagiaan. Dan di foto itu juga masih ada kak Ray yang berada dibelakangku,
tetapi sekarang semuanya benar-benar berubah, Ayah dan Ibu lebih sering
bertengkar, memperdebatkan hal yang tidak akan pernah bisa aku mengerti. Kak
Ray juga udah ga ada, dia udah pergi ke tempat yang jauh disana.
Kak Ray meninggal
karena kecelakaan motor sekitar 3 tahun yang lalu. Aku sangat terpukul dengan
kejadian itu. Bagaimana tidak? kak Ray dan aku terbilang sangat dekat, kak Ray
selalu melindungi ku. Dia kakak yang baik, sangat baik. Semenjak kak Ray pergi,
aku lebih senang menyendiri, karena bagiku tidak ada yang akan mengerti aku
kecuali kakak.
Tiba-tiba
saja ada rasa yang menyeruak yang aku
rasakan. Rasa rindu, ya aku aku rindu masa kecilku. Aku rindu kak Ray yang
selalu menghibur disaat aku sedih. Kalau saja kak Ray masih hidup sekarang,
mungkin hanya dia yang mengerti aku, cuma kak Ray yang mengerti bagaimana
menjadi aku, kesepian. Tanpa sadar aku menangis, entahlah sesuatu yang membuat
aku tertawa bahagia di masa lalu malah membuat ku menangis sekarang.
*****
Bip
bip..bip bip.... Jam beker ku berbunyi, waktu menunjukkan pukul 04.45. Aku
segera bangkit dari tempat tidurku dan bergegas untuk bersiap-siap kesekolah.
Sesampainya disekolah, aku langsung menuju kelasku sesaat aku menaiki tangga,
tiba-tiba seseorang berlari ke arahku dan “Bruukkk!!” tanpa sengaja dia
menabrak ku dan menjatuhkan beberapa buku yang sedang aku pegang.
“Eh maaf banget gue bener-bener ga sengaja” ucap lelaki beralis tebal
dan berbulu mata lentik itu seraya mengambil buku-buku ku yang telah
dijatuhkannya.
“Iya gapapa lain kali hati-hati ya” jawabku singkat. Sepertinya aku
belum pernah melihat dia sebelumnya disekolah ini. “Anak baru ya disini?”
tanyaku singkat.
“Ya gue anak baru disini gue Raffa, kalo boleh tau nama lo siapa?”
ujarnya dengan ramah.
“Nama gue shilla” jawabku singkat
“Oh nama yang bagus ya. Btw gue duluan ya mau ke kelas bye shilla”
ucapnya dengan tersenyum tipis. Dan dia pun menyusuri koridor disekolah.
Entahlah
sepertinya aku tidak merasa asing dengan senyumnya, sorot matanya. Raffa
sekilas seperti kak Ray.
*****
Hujan masih
membasahi dedaunan dan pepohonan diluar sana. Rintik-rintik gerimis turun
dengan berirama. Awan diluarpun gelapnya sangat pekat. Cuaca malam ini dingin
sekali. Aku termenung dibalik selimut mencoba untuk memejamkan mata dan mencoba
untuk bisa tertidur tetapi tidak bisa. Aku malah terlarut dalam lamunanku. Aku
sangat menyukai hujan, karena saat hujan turun aku dapat meluapkan perasaanku
yang terpendam yang sengaja ku simpan sendiri. Perasaan sendirian, kesepian,
takut, sedih semuanya ku luapkan dengan menangis tanpa ada satupun yang dapat
mendengar tangisanku.
Ah sudahlah
dunia ini memang tidak akan pernah adil tapi apa salahnya kalau aku mencoba untuk menerima apa yang
sudah kumiliki sekarang. Ya, walaupun apa yang kumiliki sekarang tidak seindah
dulu. Tapi terkadang aku sudah muak dengan semua ini. Hey aku tak sekuat itu! Sampai
kapan aku bisa menyimpan luka ku sendiri? Aku hanya butuh tempat untuk berbagi.
Kalau saja kak Ray masih ada......ahh sudahlah.
*****
Kringg..
kring. Bel berbunyi pertanda pelajaran telah berakhir dan sekarang waktunya
pulang! Tetapi tunggu kulihat di layar handphone ku tertera 1 new message.
From: Ayah
Shilla, maaf Ayah gabisa jemput kamu sekarang. Kamu
pulang sendiri dulu yah.
Yaampun
Ayah gumamku dalam hati. Mau tidak mau pulang sendiri, naik angkutan umum.
Sesaat aku sedang menunggu angkot tiba-tiba ada seorang lelaki yang
memberhentikan motornya tepat di depanku, lalu dia melepaskan helm yang
digunakannya. Ternyata dia Raffa.
“Hey shilla
ngapain disini? Kok belum pulang?” ucap raffa dengan ramah.
“Gue lagi
nungguin angkot nihh” jawab ku singkat
“Bareng aja
sama gue yuk, daripada bete nunggu disini. Kasian juga lo nya, rumah lo
dimana?” ujarnya.
“hmmm tapi
Raff ga ngerepotin kan? Di jalan mawar” kataku.
“Engga, ayo
udah gapapa, lagian kita searah tau” katanya membujukku. Mata ku dan matanya
beradu. Ada getaran yang kurasakan dan aku tidak tau apa itu.
Akhirnya
aku pulang diantar Raffa. Ada semacam perasaan bingung, kaget sekaligus senang
yang aku rasakan. Sepertinya dia itu malaikat yang dikirim tuhan kepadaku.
Tetapi..... apa mungkin?
*****
Sejak
kejadian Raffa mengantarkanku pulang, Aku dan dia semakin dekat. Kini hari-hari
ku jalani bersama Raffa. Hari-hari ku yang dulu berwarna abu-abu kini berubah
berwarna-warni seperti pelangi. Setiap hariku dihiasi senyum dan tawa renyah
dari Raffa. Candaan dan kekonyalannya pun kini selalu hadir di setiap mimpi dan
lamunanku.
Aku tak
lagi sendiri dan aku tak lagi kesepian karena bagiku Raffa bisa jadi siapa saja
dia itu teman, sahabat, kakak, dan soulmate. Karena dia bersedia mendengar
semua keluh kesah ku. Aku sangat beruntung karena aku sekarang mempunyai Raffa.
Kak Ray sekarang aku udah nemuin seseorang yang seperti kakak, dia baik dia
yang sekarang jagain aku gumamku sambil memandangi sebingkai foto yang disana
tergambar aku dan kak Ray.
*****
0 komentar:
Posting Komentar